Peran republic Indonesia dalam hal pertanian negara harus berjalan lancer tanpa eksport import yang janggal
BAB II
Pertanian Indonesia haruslah berjalan,karena akan
menghasilkan biaya untuk rakyat Indonesia nanti nya , Pembangunan pertanian
tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian
sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis
ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat
ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi
juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana
yang tidak saja berada di pedesaan (baca : kota). Struktur perekonomian wilayah
merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya,
perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu
wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan
Berangkat
dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian
yang kokoh dan tangguh, artinya pembangunan yang dilakukan harus didukung
oleh segenap komponen secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan
sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus mampu menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan asas
‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi (Wibowo,
2004).
Konsep
pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang
berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep
perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena
perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian
kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu.
Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang
dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan
efesien.
Perencanaan
pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka
teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya
mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial lingkungan
menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.
Untuk
memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor
agribisnis, kita perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang
dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita
dapat merumuskan strategi untuk menghadapinya dan mempercepat pembangunan
sektor agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang
diharapkan.
Pengembangan
sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan
menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan
ekonomi domestik, perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik karena
pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental
dalam pasar produk agribisnis internasional.
Struktur
agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-sekat.
Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu : Pertama,
agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dan terdiri atas beberapa
subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b) subsistem budidaya
pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran
hasil pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua,
sebagian dari subsistem pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm
agribisnis, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribisnis.
Kedua, agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai
suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai permasalahan,
tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Agribisnis juga
dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian
serta pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.
Dari
berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang penting dan harus ada dalam proses pembangunan
agribisnis adalah sebagai barikut : (a) agribisnis merupakan suatu sistem,
sehingga semua kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling
terkait dan tidak berdiri sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi
pengembangan strategi pembangunan ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi
pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu komoditas.
Setidaknya
ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan
sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan
baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui
komoditas yang diekspor. Keempat,
menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk
keseimbangan ekosistem (lingkungan).
Ironisnya,
meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian termarginalkan.
Menurut Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem (penggarap
kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7 juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen
dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah tangga. Persentase rumah
tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga
meningkat, dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen (2003).
Petani
gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen rakyat
Indonesia yang termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan petani
gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor pertanian sangat penting, mengapa
petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari
kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian).
Selama
ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari
pembangunan ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi
utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural
di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi pertanian.
Sektor
agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran
penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain
meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja
terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang
tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di
Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan
kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu
memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang
bekerja secara keseluruhan.
Sektor
agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran
penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain
meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja
terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang
tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di
Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan
kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu
memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang
bekerja secara keseluruhan.
Pertanian
sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan,
pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk,
sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana
untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan
pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani
dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Sektor
pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan
nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara,
penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal
ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia,
satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun
1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan
yang positif.
Dalam
jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian difokuskan pada
produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi
perekonomian nasional, seperti pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan
usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu memberikan nilai tambah
adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan
yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik,
peranan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia.Secara empirik, keunggulan dan
peranan pertanian/agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat hádala
peranan penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap
nilai tambah industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi.
Penting pula diperhatikan bahwa pangsa impor agribisnis relatif rendah, yang
mana ini berarti bahwa agribisnis dari sisi ekonomi dan neraca ekonomi kurang
membebani neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri. Sehingga dengan
demikian sektor agribisnis merupakan sumber cadangan devisa bagi negara.
Diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sumber pertumbuhan perekonomian
status bangsa, terutama negara-negara berkembang yang perekonomiannya masih
60persen bertumpu pada sektor pertanian.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar